ARTIKEL

Perbedaan Gejala Tifus dan DBD pada Anak, Bunda Harus Waspada!

Jun 02, 2024 7:10pm

Demam berdarah dengue (DBD) dan tifus adalah penyakit yang berbeda, namun orang tua sering terkecoh karena gejalanya yang hampir mirip. Tifus sendiri adalah penyakit yang disebabkan oleh kontaminasi bakteri, sementara DBD disebabkan oleh virus yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes Albopictus.

Keduanya sama-sama penyakit berbahaya dan banyak dialami oleh anak-anak. Perbedaan gejala tifus dan DBD terletak pada pola demamnya. Sejak awal terjadinya gejala, si kecil harus segera dibawa ke rumah sakit untuk didiagnosis. Selain gejala, penyebab dan cara penanganannya ternyata juga berbeda, lho. Yuk, baca artikel ini agar bunda tahu cara membedakan gejala tifus dan DBD!

 

Pengertian dan Gejala Tifus

Tifus atau demam tifoid disebabkan oleh kontaminasi bakteri Salmonella typhi yang diserap bersama makanan dan menyebar ke seluruh organ tubuh, terutama hati dan limpa, sehingga menyebabkan nyeri dan pembengkakan. Penularan penyakit tifus dapat terjadi dari manusia ke manusia jika terkena percikan air liur penderita saat kontak langsung seperti bersin, batuk, dan berbicara.

 

Sumber utama penyebab masuknya bakteri ini ke tubuh adalah makanan dan air yang tercemar. Sehingga, anak-anak yang sering jajan sembarangan biasanya lebih rentan terkena penyakit tifus. 

 

Gejala penyakit tifus antara lain demam yang tak kunjung turun, pencernaan terganggu, nyeri badan, lemas, nafsu makan berkurang, sakit kepala, serta sakit perut. Dalam beberapa kasus, demam juga sering disertai oleh diare.

 

Pengertian dan Gejala Demam Berdarah Dengue (DBD)

DBD disebabkan oleh virus dengue yang dibawah oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes Albopictus yang banyak berkembang biak pada musim penghujan. Sampai saat ini, DBD masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia karena jumlahnya yang terus meningkat setiap tahun.

 

Terdapat tiga fase pada DBD yang sering disebut siklus pelana kuda, yaitu fase demam, fase kritis, dan fase penyembuhan. Pada fase demam, penderita akan mengalami demam tinggi, diikuti dengan gejala lain seperti muncul bintik merah, serta penurunan trombosit. 

 

Pada fase kritis, demam tiba-tiba menurun yang sering membuat orang terkecoh mengira bahwa anak sudah hampir sembuh. Padahal, inilah awal dari fase kritis. Jika sudah berada pada fase ini, penderita sudah harus berada di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif. 

 

Sementara, fase penyembuhan ditandai dengan jumlah trombosit yang mulai naik dan suhu tubuh yang mulai menurun. Namun, tetap harus memperhatikan konsumsi makanan, cairan, dan mendapatkan istirahat yang cukup.

 

Untuk meringankan demam saat anak terkena DBD, bunda bisa memberikan si kecil Termorex. Termorex, merupakan sirup obat dengan kandungan paracetamol untuk membantu meredakan demam pada anak seperti setelah imunisasi, sakit kepala, dan sakit gigi. Termorex telah menjadi sirup obat demam andalan para ibu di Indonesia selama lebih dari 30 tahun. Hadir dengan rasa jeruk dan bebas alkohol.

 

Bunda bisa beli Termorex, di Apotek dan toko obat terdekat, atau beli secara online di Official Store Konimex di e-commerce favorit Bunda seperti Konimex store, Shopee, Tokopedia, dan Lazada.

 

Perbedaan Gejala Tifus dan DBD

Setelah mengetahui garis besar kedua penyakit tersebut, sekarang kita dapat mengetahui perbedaan gejala tifus dan DBD, di antaranya:

 

 

  • Pola demam

 

Pada pasien tifus, suhu tubuh akan naik perlahan-lahan. Sementara pada gejala DBD, demam cenderung naik turun. Terutama pada fase kritis dimana suhu tubuh akan turun drastis sehingga dapat membuat kita terkecoh dan mengira pasien akan segera sembuh.

 

Gejala demam dari kedua penyakit ini dapat diringankan dengan pemberian obat dan kompres. Agar  lebih praktis, Bunda bisa tempelkan Termorex Patch di dahi si kecil. Termorex Patch, adalah plester kompres untuk meredakan panas demam pada si kecil dengan rasa dingin yang dapat bertahan hingga 8 jam serta daya lekat kuat namun tetap lembut di kulit si Kecil. Plester kompres demam ini bisa ditempelkan pada dahi, pergelangan tangan, atau lipatan ketiak si kecil. Bunda juga dapat mengkombinasikan penanganan demam si Kecil dengan menggunakan Termorex Patch berbarengan dengan pemberian obat sirup Termorex.

 

Bunda bisa beli Termorex Patch dan Termorex Sirup di Apotek dan toko obat terdekat, atau beli secara online di Official Store Konimex di e-commerce favorit Bunda seperti Konimex estore, Shopee, Tokopedia, dan Lazada.

 

 

  • Gejala fisik

 

Perbedaan kedua terletak pada gejala fisiknya. Pada penderita tifus biasanya tidak muncul bintik atau ruam merah. Jika memang ada, itu bukan disebabkan oleh pendarahan internal. Sementara, pada penderita DBD akan muncul bintik-bintik merah pada fase demam atau kritis sebagai tanda pendarahan. Bila ditekan bintik merah ini tidak akan pudar.

 

 

  • Gejala khas

 

Kedua penyakit ini memiliki gejala khas tersendiri. Penderita tifus biasanya mengalami masalah seputar pencernaan, seperti diare dan tidak nafsu makan. Sementara itu, DBD memiliki gejala yang identik dengan pendarahan, seperti muncul bintik merah dan mimisan.

 

 

  • Upaya pencegahan

 

Selain gejala, upaya pencegahan penyakit tifus dan DBD juga berbeda, Pencegahan penyakit tifus lebih ditekankan pada kebersihan makanan dan minuman, kebersihan toilet, serta menghindari kontak dengan penderita tifus. Sementara upaya pencegahan penyakit DBD lebih menekankan pada pelaksanaan 3M (Menguras, Menutup, Mengubur), fogging, serta pemberian tetravalent dengue vaccine (TDV).

 

Setelah mengetahui perbedaan gejala tifus dan DBD, sekarang bunda bisa lebih waspada dan cepat mengambil tindakan saat anak menunjukan gejala di atas. Jangan lupa berikan Termorex dan Termorex Patch untuk pertolongan pertama saat anak menunjukan gejala demam, ya!

 

Artikel Lainnya : 6 Cara Menaikkan Trombosit saat Anak Terkena DBD

Tags:

Halaman