ARTIKEL
Gejala Virus Corona Baru yang Harus Diwaspadai, Apa Saja Ya?
Sep 29, 2020 9:54am
Virus corona yang sudah menyerang Indonesia selama 6 bulan terakhir ini memiliki gejala yang berbeda di tiap orang. Selama ini, gejala seperti batuk, sesak napas, dan demam merupakan beberapa yang paling sering ditemui. Namun, bukan berarti virus corona hanya meninggalkan gejala-gejala itu saja.
Perkembangan COVID-19 di seluruh dunia sangat cepat. Sehingga, semakin banyak gejala virus corona baru yang ditemukan. Berikut ini beberapa gejala virus corona baru yang perlu Bunda waspadai, demi keselamatan dan kesehatan keluarga.
Gejala-gejala utama virus corona
Virus corona sendiri dianggap sangat berbahaya karena gejalanya yang berbeda-beda di setiap pasien, bahkan tidak jarang juga ditemukan kasus di mana pasien tidak mengalami gejala sama sekali. Penyebarannya yang sangat luas dan cepat ini begitu mematikan. Menurut survei yang dilakukan oleh Centers of Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, ada sebanyak tiga gejala virus corona yang paling sering dikeluhkan oleh pasien.
Gejala virus corona pertama yang paling umum adalah batuk, di mana sebanyak 84% pasien mengalaminya. Setidaknya ada 45% pasien yang menderita batuk, demam, dan sesak napas sekaligus. Gejala virus corona berupa sesak napas paling sering ditemukan pada pasien yang dirawat di rumah sakit.
Selain ketiga gejala virus corona di atas, CDC juga menemukan pasien-pasien yang menderita gejala seperti nyeri otot, rasa lelah yang berlebihan, diare, dan sakit kepala. Bahkan, ada juga yang mengeluh akan hilangnya nafsu makan dan juga rasa mual.
Lima gejala umum yang baru
Berkat kerja keras tenaga medis serta peneliti dalam menangani kasus COVID-19 di seluruh dunia, ditemukan sebanyak 5 gejala virus corona baru. Nah, Bunda perlu tahu apa saja kira-kira gejala virus corona baru agar bisa segera mengetahui bila ada orang terdekat yang menunjukkan gejala-gejala tersebut.
Salah satu gejala virus corona terbaru yang dianggap mematikan adalah stroke serta pembekuan darah yang abnormal. Diungkapkan berdasarkan hasil otopsi korban COVID-19, peneliti mengatakan bahwa pasien virus corona rentan akan gumpalan darah di arteri yang bisa menyebabkan kegagalan sistem organ.
Selanjutnya, gejala virus corona yang baru juga menyerang sistem pencernaan, diikuti dengan gejala mual, muntah-muntah, serta diare sebagaimana yang sudah dibahas sebelumnya. Dikarenakan virus corona cenderung menyerang sistem pernapasan, gejala virus corona yang baru pun ditandai dengan diorientasi atau kebingungan akut pada pasien akibat kurangnya suplai oksigen di otak.
Kemudian, dokter dan peneliti pun menemukan gejala virus corona baru seperti dehidrasi, kesemutan di area dada, sensasi panas di leher dan dada, serta jantung yang berdebar-debar.
Tiga gejala spesifik pada anak
Sayangnya, virus corona ini tidak memandang umur dan lebih sering menyerang orang-orang dengan sistem imun yang lemah, seperti anak-anak dan lansia. Bunda, sudah ditemukan sejumlah gejala virus corona yang secara spesifik lebih banyak ditemukan pada pasien anak-anak. Menyerupai gejala umum, sebanyak 55% anak yang terinfeksi virus corona di Inggris mengalami kelelahan akut, 54% lainnya menderita sakit kepala.
Sebagian dari anak-anak ini juga mengalami demam. 38% dari pasien anak-anak menderita sakit tenggorokan. Sisanya mengalami gejala virus corona seperti ruam pada kulit, turunnya, nafsu makan, dan diare. Namun, yang paling mengejutkan adalah sebanyak ? dari pasien anak-anak tersebut tidak menunjukkan gejala sama sekali.
Kasus virus corona di New York juga mengungkapkan gejala virus corona pada anak yang menyerupai sindrom Kawasaki, di mana anak mengalami demam tinggi, nyeri pada otot, muntaber, dan mata merah. Jadi, bila si kecil mulai menunjukkan gejala-gejala virus corona tersebut, Bunda perlu segera membawanya ke rumah sakit.
Happy hypoxia sebagai gejala yang mematikan
Selain stroke dan pembekuan darah yang abnormal, gejala virus corona yang disebut sebagai happy hypoxia ini juga menjadi “pembunuh” terbesar dalam kasus COVID-19 di Indonesia. Gejala sesak napas biasanya dijadikan acuan, namun orang yang menunjukkan gejala happy hypoxia ini tidak akan merasakan napas yang sesak. Meski begitu, bila diperiksa lebih lanjut, akan terlihat bahwa kadar oksigen dalam tubuhnya sangat rendah.
Otak umumnya juga tidak merespon kurangnya oksigen dalam tubuh secara langsung. Begitu oksigen mencapai level yang sangat rendah, barulah otak mulai memberikan sinyal-sinyal. Happy hypoxia atau silent hypoxia ini bisa mengakibatkan kegagalan sistem organ, bahkan kematian. Ketika Bunda atau si kecil mulai merasakan napas yang cepat dan pendek, sering berkeringat, serta kesadaran yang kian menurun, segera buat janji ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut.
Meta desc: Perkembangan COVID-19 di seluruh dunia sangat cepat. Sehingga, semakin banyak gejala virus corona baru yang ditemukan.