ARTIKEL

Penyebab dan Cara Menghadapi Anak Tantrum dan Dramatis

Feb 26, 2021 10:55am

Bunda, pernahkah mendengar istilah drama queen? Ya, pastinya Bunda pernah bertemu dengan orang-orang dewasa yang dicap sebagai drama queen ini. Namun, tahukah Bunda kalau anak-anak pun bisa bersikap layaknya drama queen atau drama king?

 

Ciri-ciri seperti pura-pura menangis, merengek, berteriak, berbohong, hingga guling-guling di lantai ketika keinginannya tidak dituruti merupakan contoh sikap anak tantrum dan dramatis. Untuk itu, Bunda perlu tahu penyebab anak tantrum dan bagaimana cara menghadapi anak yang overdramatic ini.

 

Penyebab anak tantrum dan dramatis

Sikap anak yang terlalu dramatis sesungguhnya bukanlah sikap turunan atau sikap yang sudah ada sejak lahir. Ini artinya ada beberapa faktor penyebab yang menjadikan si kecil sebagai drama queen atau drama king. Berikut ini penyebab-penyebabnya yang harus Bunda hindari.

 

  1. Kondisi emosi yang belum stabil

Penyebab anak tantrum yang paling utama adalah ketidakmampuan anak dalam mengendalikan emosinya. Ini merupakan hal yang wajar, terlebih jika anak masih berusia di bawah 5 tahun. Saat si kecil memasuki usia 2 tahun, ia berada dalam tahap psikososial autonomy vs shame and doubt di mana anak sedang mencoba untuk meraih kontrol atas setiap aspek hidupnya, termasuk atas sikap orang tua terhadap dirinya. Jadi, si kecil akan jadi lebih egois dan kerap kali mencari perhatian.

 

  1. Suka cari perhatian

Seringkali orang tua akan menanggapi tingkah laku anak dengan santai. Misalnya seperti, “Iya, nak. Terlihat bagus,” atau “Sebentar, Papa dan Mama lagi sibuk.” Tanggapan ini bukanlah tanggapan yang si kecil inginkan. Karenanya, keinginan mereka untuk menjadi pusat perhatian menjadi penyebab anak tantrum. Mereka ingin selalu diperhatikan dan semakin ia didiamkan oleh orang tua, semakin dramatis tingkah lakunya. Dalam pikiran anak, tantrum dan sikap dramatis adalah senjatanya agar setiap keinginannya dipenuhi.

 

  1. Kebiasaan orang tua yang terlalu overprotektif

Apakah Bunda termasuk orang tua yang suka mengatur segala jenis kegiatan si kecil, mulai dari pakaian, gerak-geriknya, hingga apa yang si kecil sukai? Model parenting seperti helicopter parents atau orang tua yang overprotektif juga termasuk penyebab anak tantrum. Anak seharusnya dibiarkan bebas bereksplorasi dengan pengawasan yang seadanya.

 

Jika anak sakit, terjatuh, atau merasa sedih, orang tua sudah sepatutnya mengajarkan si kecil bahwa hal-hal tersebut adalah sesuatu yang normal dalam kehidupan. Sikap orang tua yang terlalu overprotektif ini menjadikan si kecil sebagai anak yang manja dan tidak memiliki toleransi emosi yang tinggi. Sehingga, setiap kali si kecil merasa tidak nyaman, ia akan langsung bersikap dramatis.

 

Bagaimana menyikapi anak tantrum dan dramatis?

Setelah mengenal penyebab anak tantrum dan overdramatic, sekarang Bunda perlu tahu juga bagaimana cara menyikapinya. Belum terlambat, kok! Bila Bunda menyikapinya dengan benar, maka si kecil akan mengerti bahwa sikapnya yang terlalu dramatis ini tidak dapat diterima dengan baik dan harus segera diubah. Berikut ini cara-caranya.

 

  1. Tegas namun tenang

Pertama, Bunda harus tetap tenang menghadapi tangisan, rengekan, dan teriakan si kecil. Pastinya lama kelamaan si kecil akan lelah untuk bersikap dramatis terus menerus, apalagi jika tidak ditanggapi oleh orang tua. Tetap santai dalam menghadapi tantrum si kecil. Jika sudah berlebihan atau anak tantrum di tempat umum, beri peringatan tegas. Ingat, tegas tidak sama dengan marah atau membentak anak.

 

  1. Ikut bermain dalam “dramanya”

Ada juga anak-anak yang tantrum dengan berbohong. Penyebab anak tantrum dengan berbohong ini biasanya karena ia sudah tahu kalau menangis saja belum cukup untuk menarik perhatian. Jika sudah begini, maka Bunda pun harus sama kreatifnya dengan si kecil. Ikut saja dalam sandiwara si kecil.

 

Misalnya, anak tidak mau makan karena sakit perut, padahal sebetulnya karena ia masih ingin bermain. Bunda bisa pura-pura mengambil kotak obat atau mengajak si kecil untuk langsung ke rumah sakit. Dengan cara seperti ini, si kecil pun akan belajar bahwa kebohongan hanya berujung pada masalah baru.

 

  1. Ajarkan si kecil cara berkomunikasi yang benar

Kembali lagi, salah satu penyebab anak tantrum adalah karena si kecil belum memahami cara berkomunikasi yang benar. Oleh karena itu, sebaiknya Bunda tetap konsisten mengajarkan si kecil untuk mengungkapkan keinginannya dengan jujur. Mari mulai dengan mendengarkan apa yang anak katakan. Lalu, Bunda juga bisa menanamkan pelajaran ini lewat bacaan buku dongeng yang penuh pesan moral. Kuncinya, Bunda harus konsisten dalam mengajarkan si kecil untuk bersikap jujur dan tenang.

Tags:

Halaman