ARTIKEL
Jenis-jenis Infeksi Parasit yang Sering Menyerang Tubuh Anak
Dec 22, 2020 1:48pm
Umumnya, anak-anak memiliki daya tahan tubuh yang belum sekuat orang dewasa. Akibatnya, mereka pun jadi cenderung lebih rentan sakit, termasuk terjangkit penyakit yang disebabkan infeksi parasit. Penting bagi Bunda untuk mengetahui sejumlah jenis parasit yang relatif sering menyerang tubuh si kecil. Dengan begitu, Bunda bisa melakukan langkah pencegahan agar anak pun terhindar. Berikut penjelasannya.
Kutu rambut
Kemungkinan besar Bunda sudah tidak asing lagi dengan jenis infeksi parasit satu ini. Kutu termasuk parasit pengisap darah yang kerap tinggal di rambut dan kepala. Bertelur di bagian dasar rambut, umumnya kutu mempunyai siklus hidup selama 1-3 minggu di kepala manusia. Nah, apabila kepala si kecil terkena kutu rambut, kulit kepala akan terasa gatal hingga ia pun akan terus menggaruknya.
Bisanya, penularan kutu rambut ini bisa terjadi dari interaksi kepala ke kepala, bantal ke bantal, topi ke topi, hingga sisir ke kepala. Untuk mengatasinya, kebanyakan dokter menganjurkan pemakaian shampo pestisida. Sebagai alternatif yang lebih alami, Bunda juga bisa menggunakan petroleum jelly atau minyak zaitun. Sedangkan untuk langkah pencegahannya, usahakan Bunda selalu merendam sarung bantal dan guling, sprei, pakaian, dan sisir dengan air panas sebelum mencucinya.
Cacing kremi
Ciri-ciri fisik cacing kremi adalah berwarna putih dan ukurannya tipis seperti benang dengan panjang sekitar 1,2 cm. Telur cacing kremi bisa menetas dalam usus kecil, lalu pindah ke usus besar. Pada malam hari, cacing betina dewasa akan keluar dari usus dan bertelur di area luar anus. Itulah kenapa terkadang cacing kremi dapat terlihat di sekitar dubur si kecil, celana dalam, atau kotorannya.
Bunda perlu waspada jika si kecil bermain di tempat kotor karena dari sinilah si kecil bisa terjangkit cacing kremi. Biasanya, cacing kremi akan menempel di bawah kuku anak, lalu bertahan hingga dua minggu. Jika telur tersebut tertelan, maka akan masuk ke usus si kecil dan ia pun mengalami infeksi usus. Salah satu ciri si kecil infeksi cacing kremi adalah rasa gatal di bagian anus saat malam hari atau ketika cacing betina bertelur.
Cacing tambang
Selain cacing kremi, ada lagi jenis cacing lain yang juga bisa menjadi penyebab infeksi parasit pada anak, yaitu cacing tambang. Jika cacing kremi masuk ke tubuh manusia umumnya menempel di bawah kuku lalu masuk ke mulut, maka cacing tambang masuk melalui pori-pori kaki. Kemudian, ia akan meninggalkan ruam pada titik masuk. Dari pori-pori kaki, cacing tambang akan mengikuti aliran darah hingga sampai ke paru-paru.
Kalau sudah begitu, cacing tambang dapat menyebabkan batuk berkepanjangan. Nah, idealnya, cacing satu ini bisa keluar lewat kotoran manusia. Namun, apabila saluran sanitasi di rumah Bunda tidak terkelola dengan baik, cacing tambang bisa saja menyebar ke tanah. Akibatnya, ia pun dapat dengan mudah menginfeksi orang lain, termasuk si kecil. Karenanya, praktik sanitasi yang baik sangat dibutuhkan untuk mencegah infeksi cacing tambang.
Tungau kudis
Parasit tungau kecil dapat bersembunyi di dalam kulit dan menimbulkan gatal, yang biasanya akan memburuk pada malam hari. Umumnya, tungau suka menggali kulit di area kaki, tangan, dan pinggang. Kondisi ini dinamakan juga dengan kudis yang penyebarannya bisa terjadi melalui kontak langsung dengan orang terinfeksi. Penggunaan barang bersama juga dapat menjadi sarana penularan, misalnya handuk atau pakaian yang dipakai bergantian.
Jika anak terkena tungau kudis, kemungkinan besar ia akan merasa gatal luar biasa disertai munculnya lubang kecil pada kulit. Sebaiknya, Bunda segera memeriksakan si kecil ke dokter supaya tidak semakin parah dan tidak ada bekas luka mengganggu.
Echinococcus granulosus
Bagi si kecil yang punya peliharaan anjing di rumah, maka Bunda perlu waspada akan infeksi parasit satu ini. Echinococcus granulosus adalah parasit yang dapat menjangkit manusia melalui kotoran anjing. Bahkan, jika seekor anjing terjangkit parasit ini, anjing tersebut bisa menularkannya ke manusia lewat kulit anjing. Dalam kasus yang parah, Echinococcus granulosus dapat berisiko menyebabkan penyakit lebih serius seperti kista di paru-paru dan hati.
Sebagai langkah pencegahan, usahakan memberi obat anti cacing pada anjing sebanyak 1-2 kali dalam setahun. Hindari mengkonsumsi makanan atau minuman yang kemungkinan terkontaminasi kotoran anjing. Lalu, ajari si kecil untuk selalu cuci tangan dengan sabun setelah memegang anjing.
Agar si kecil terhindar dari berbagai infeksi parasit tersebut, pastikan si kecil selalu membersihkan tubuhnya setelah bermain di luar rumah, terutama di tempat kotor. Pakaian pun juga harus segera dicuci untuk meminimalisir terjangkitnya infeksi. Stay safe, Bunda!